Selasa, 16 Oktober 2012

Petikan Pelajaran Hari Ini



Hari ini saya belajar dari sekelumit kejadian, ya hanya sebuah kejadian yang mampu membuat saya belajar banyak hal. Lebih tepatnya saya melihat seseorang, anggaplah dia seorang yang menurut saya ‘besar’ dalam artian dia sosok orang yang sangat berpengaruh di lingkungan sekitarnya, seseorang yang sangat bagus jalan kariernya. Bukan hanya dalam bidang karier saja, melainkan dalam bidang spiritual. Saya begitu kagum pada sosok seseorang ini, selain itu kehidupan sosialnya juga cukup bagus. Somehow, ketika saya melihat dia seperti dewa yang selalu saja bisa melakukan segalanya dengan sangat mudahnya tanpa kesulitan. Bagi saya dia seorang yang serba bisa. Nice to know lah ya, dia juga dari keluarga yang cukup berada. Jadi apapun yang menjadikan dia seperti sekarang menurut presepsi saya semata-mata karena memang dari garis keturunan keluarganya memang seperti itu, sama-sama dari orang ‘besar’.

Sedikit percakapan diantara kami menguak sedikit kehidupan pribadinya. Ya meskipun itu hanya sebagian kecil. Hidup terasa begitu indah di masa-masa sekolah kata dia. Dia hidup layaknya seperti anak berada lainnya. Ada banyak pembantu di rumahnya, tinggal di kawasan elite, antar jemput kemana saja ia pergi, dan segala kebutuhan yang ia inginkan dapat terpenuhi dalam waktu sekejap. Menjadi seseorang yang terkenal di kalangan sekolahnya karena dia anak orang berada merupakan hal yang biasa. Meskipun hanya bermodal otak pas-pasan dan juga bisa dibilang kondisi spiritual juga masih belum sepenuhnya matang. Dan tibalah akhirnya waktu SMA. Dunia seakan benar-benar berputar, berputar terlalu jauh dari porosnya. Dia harus merelakan sosok ayahnya masuk bui akibat sebuah kasus, ya padahal sebenarnya menurutnya itu hanya jebakan dari para kolega-kolega ayahnya untuk menjadikan beliau kambing hitam. Hidup terasa sulit semenjak ayahnya masuk bui. Ibunya juga sedih melihat roda kehidupan mereka yang seperti ini.


Segala bentuk kemewahan yang ada pada keluarga ini mendadak sirna, sang ibu pun berjuang keras demi membiayai kebutuhan keluarga. Mereka sekeluarga pindah di rumah kontrakan. Untunglah ibunya seorang wiraswasta, tetapi untuk hidup di kota besar apakah cukup hanya bermodalkan gaji 3juta perbulan untuk menghidupinya bersama 2 adiknya?  Coba bayangkan sendiri saja teman-teman. Dengan melihat kondisi yang seperti ini, dia pun mulai bertekad untuk kembali lagi mengubah posisi roda itu. Benar-benar sangat sulit, ya memang sangat sulit. Di mulai dari SMA dia mulai belajar untuk mandiri dalam memperoleh uang tambahan dengan menjadi agen buku, tukang servis komputer sewaktu liburan, bahkan ia pernah menjadi tentor di sebuah lembaga bimbel dengan bayaran yang sangat jauh dari kata layak. Itu semua dia lakukan karena ia ingin sekali mengumpulkan biaya untuk kuliah di kedokteran. Dan tentunya hal ini membutuhkan banyak biaya kan?. Dia menyadari kemampuannya dalam bidang akademisi kurang dalam bidang sains, tetapi dia benar-benar berusaha dari pagi, siang, sore, malam untuk belajar keras.

Sampai pada akhirnya di tahun 2004 tibalah saat-saat yang ditunggu, yaitu SPMB. Pengumuman pun menyatakan bahwa ia GAGAL. Di tahun 2004 dia gagal dan dia bertekad mencoba lagi di tahun 2005. Untuk mengisi waktu kekosongannya selama satu tahun itu ia bekerja, belajar, dan membantu ibunya. Akhirnya di tahun 2005 pun tiba lagi saatnya, dia mengikuti SPMB lagi. Dan hasilnya kali ini juga ia masih GAGAL. Dia mulai putus asa dengan gagalnya ia selama dua kali berturut-turut dan ia memutuskan untuk tidak kuliah. Ia pun mulai menjalani hari-harinya dengan bekerja dan membantu ibunya serta mengurus adik-adiknya. Tahun 2006 pun tiba, dia bertemu kawannya dalam acara reuni. Temannya menyemangatinya untuk mau mencoba lagi mengikuti tes tersebut. Akhirnya dia bertekad pula untuk melanjutkan mimpinya lagi, walaupun itu sudah terlamabat. Tes SPMB 2006 mulai di selenggarakan dan ia mengikutinya dengan hasil yang cukup memuaskan bahwa ia diterima di salah satu universitas negeri ternama di Indonesia dengan pilihan satu, yaitu pendidikan dokter. Sungguh luar biasa ia menangis dan memeluk ibunya saat ia mendapati dirinya diterima disana. Dia juga memperoleh kebebasan untuk membayar uang pendidikannya.

Hingga sekarang dia sudah melanjutkan sekolah spesialisnya di universitas tersebut dengan bebas biaya. Dia menjadi ketua di jemaah masjid kampusnya, menjadi ketua organisasi, banyak mengikuti kejuaraan karya ilmiah, olimpiade kedokteran, sampai di jadikan delegasi untuk mewakili kampusnya. Dia berpesan pada saya, “Seseorang yang kecil bisa berpengaruh besar untuk sekelilingnya asal kita mau bersabar, ikhtiar, dan terus berdoa”. Melihat perjalanannya yang begitu membuat saya tersentuh dan menurut saya juga sangat inspiratif, saya benar-benar masih menginginkan mengejar impian saya yang sempat tertunda. Seberapa sulit saya meraihnya, saya akan tetap berusaha untuk selalu bisa mendapatkannya. Saya harus yakin pada diri saya bahwa saya MAMPU. Meskipun saya orang yang kecil, saya YAKIN bahwa saya mampu memberi PERUBAHAN, ya walaupun itu semua hanya ‘sedikit’ tapi saya akan tetap berusaha. Saya tak perlu takut gagal karena Allah masih akan tetap ada di samping saya. Allah selalu memberikan tempat yang terbaik buat hambanya, meskipun apa yang saya cita-citakan nantinya bukan jalan terbaik yang dikehendaki Allah, saya masih tetap bersyukur. Namun untuk saat ini, izinkanlah saya bertarung untuk yang terakhir kalinya. Bismillah, SEMANGAT!!!! :)

yes we can! :)